Magelang, 18 April 2022
Gula kelapa atau lebih dikenal dengan gula merah atau gula jawa mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Gula jawa banyak dimanfaatkan untuk berbagai bahan baku olahan makanan dan minuman sehari-hari, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan ditingkat rumah tangga saja, namun gula jawa juga sudah banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku industri seperti pabrik pembuatan kecap. Di Desa Banyuadem pruduksi gula jawa sudah menjadi mata pencaharian warga sehari-hari secara turun temurun. Desa yang terletak diwilayah Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah ini memiliki luas wilayah ± 204 ha.
Secara geografis Desa Banyuadem berada berjarak sekitar 13 km dari puncak Merapi sisi barat daya, sehingga tingkat kesuburan tanah di Desa Banyuadem cukup baik, dengan mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai pekebun salak pondoh lumut dan usaha home industri gula jawa. Desa Banyuadem Memiliki batas wilayah disisi utara dengan Desa Ngablak, sisi timur berbatasan dengan Desa Jeruk Agung, sisi selatan berbatasan dengan Desa Kradenan serta disisi barat berbatasan dengan Desa Srumbung. Lahan pertanian di Desa Banyuadem didominasi dengan perkebunan salak pondoh lumut, dengan luas lahan 160 ha dengan pohon kelapa di bagian tepi lahan salak pondoh tersebut, lahan pertanian lainya seluas 10 ha serta wilayah pemukiman 34 ha.
Sektor usaha home ndustri gula jawa merupakan salah satu sumber mata pencaharian bagi sebagian masyarakat Desa Banyuadem yang sudah ditekuni secara turun temurun hingga sekarang. Bahkan bagi mereka, usaha penderesan nira dan produksi gula jawa tersebut menjadi penghasilan utama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Desa dengan berpenduduk 771 Kepala Keluarga tersebut, sebagian dari jumlah kepala keluarga yang ada adalah menekuni usaha home industri gula jawa. Mengutip dari data monografi Pemerintah Desa Banyuadem tahun 2021 terdapat 153 KK yang menekuni usaha home industri gula jawa. Dengan melihat potensi tersebut, maka Pemerintah Desa Banyuadem menempatkan home industri gula jawa menjadi salah satu komoditas unggulan yang bisa meningkatkan pendapatan masyarakatnya, kedepan diharapkan keberadaan BUMDes bisa ikut andil dalam pemasaran dan pembinaan usaha home industri gula jawa, sehingga ada hubungan yang saling menguntungkan. Masyarakat menjadi lebih meningkat perekonomianya dan desa bertambah PADesa nya.
Potensi sumber daya alam yang melimpah dan memadahi khususnya jumlah tanaman kelapa sangat mendukung untuk dijadikan sentra home industri gula jawa, Pemerintah Desa Banyuadem melakukan upaya dalam rangka untuk mengembangkan sektor home industri gula jawa tersebut agar bisa meningkatkan produksi dan peningkatan dibidang pemasaran termasuk melakukan promosi melalui media sosial. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat meningkatkan nilai jual yang selama ini para produsen gula jawa dalam pemasaran hanya mengandalkan pedagang lokal dan tengkulak serta pasar tradisional dengan harga yang masih belum layak jika dibandingkan dengan biaya produksi atau biaya pengolahannya.
Hakikatnya sektor home industri gula jawa di Desa Banyuadem adalah suatu komoditas yang menjajikan jika dikelola dengan baik, dan sudah selayaknya mendapatkan perhatian serta campur tangan dari Pemerintah Daerah. Bagi sebagian daerah-daerah lain sudah ada yang mejadikan home industri gula jawa tersebut sebagai sektor unggulan yang bisa meningkatkan tarap ekonomi masyaraktnya ke tataran yang lebih baik dengan menjadikan produsen gula jawa menjadi olahan bentuk lain seperti gula semut, gula rempah dan lain sebagainya yang bisa dipasarkan ke pasar swalayan hingga di eksport ke manca negara.
Untuk mengoptimalkan maupun mengembangkan sektor ini, maka diperlukan perencanaan dan pembangunan terhadap sektor home industri gula jawa dan faktor-faktor penunjangnya. Dalam upaya pengembangan home industri gula jawa, maka diperlukan 3 elmen penting agar produksi gula jawa tersebut diminati dan mampu berdaya saing di pasaran, yaitu:
1. Produksi gula jawa tersebut harus memiliki jaminan kualitas yang baik dan memenuhi standard layak konsumsi yang aman.
2. Supaya produsen yang melakukan produksi gula jawa mampu dan mau berinovasi untuk mengembangkan usahanya dengan menjadikan gula jawa menjadi olahan dalam bentuk lain yang bisa diminati konsumen dan sesuai dengan permintaan pasaran baik lokal maupun manca negara.
3. Untuk menunjang jangkauan pemasaran yang lebih luas, diperlukan dukungan sarana dan prasarana yang memadahi meliputi infrastruktur, dukungan promosi melalui media social dan lain sebagainya.
Dengan kebereadaan Sumber daya alam yang sangat berpotensi dan dukungan dari masyarkat maka sudah selayaknya Pemerintah Desa Banyuadem mengembangkan home industri gula jawa tersebut agar bisa menjadi produk unggulan yang memiliki daya saing dipasaran sehingga bisa meningkatkan pendapatan warga.
Berkaitan dengan potensi home industri gula jawa di desa Banyuadem, maka Pemerintah Desa Banyuadem telah melakukan pendataan pohon penghasil nira dan jumlah pekerja penderes yang dilakukan sejak tahun 2018 hingga tahun 2021 seperti yang tersaji dalam tabel berikut ini:
Tabel 1: Jumlah pohon kelapa penghasil nira dan jumlah penderes nira
Tahun |
Jumlah Penderes Nira |
Jumlah Pohon Kelapa Penghasil Nira |
Hasil Produksi Gula Jawa/Tahun |
2018 |
150 |
1.564 Pohon |
285.430 Kg/Tahun |
2019 |
152 |
1.574 Pohon |
287.255 Kg/Tahun |
2020 |
152 |
1.574 Pohon |
287.255 Kg/Tahun |
2021 |
153 |
1.585 Pohon |
289.262 Kg/Tahun |
Sumber Data: Arsip data Pemerintah Desa Banyuadem Tahun 2021.
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada tabel 1 Jumlah pekerja penderes nira di Desa Banyuadem pada tahun 2018 berjumlah 150 orang pekerja, dengan jumlah 1.564 pohon kelapa penghasil nira. Dari sejumlah pohon kelapa tersebut bisa menghasilkan 285.430 Kg gula jawa setiap tahunnya, dengan asumsi setiap pohon kelapa bisa menghasilkan 0,5 kg gula jawa/hari dikalikan 1.564 pohon kelapa penghasil nira, dikalikan satu tahun (365 hari), sehingga bisa menghasilkan produksi gula merah/gula jawa 285.430 kg dalam waktu satu tahun, sesuai yang tercatat pada tabel 1 tersebut. Begitu pula hitungan hasil produksi gula jawa pada tahun berikutnya ada penambahan jumlah pekerja penderes nira maupun jumlah pohon kelapa penghasil nira.
Kemudian untuk mengetahui seberapa omzet penjualan produksi gula jawa di Desa Banyuadem jika dilihat dari jumlah pohon kelapa yang diambil niranya, maka pemerintah Desa Banyuadem juga memiliki data yang dirangkum sejak tahun 2018 hingga 2021 yang disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2: jumlah hasil produksi gula jawa dan omzet penjualan
Tahun |
Jumlah Pohon Kelapa Penghasil Nira |
Produksi Gula Jawa/Tahun |
Omzet /Tahun (Rp) |
2018 |
1564 |
285.430 Kg/Tahun |
3.710.590.000 |
2019 |
1574 |
287.255 Kg/Tahun |
3.734.315.000 |
2020 |
1574 |
287.255 Kg/Tahun |
4.021.570.000 |
2021 |
1585 |
289.262 Kg/Tahun |
4.049.675.000 |
Sumber Data: Arsip data Pemerintah Desa Banyuadem Tahun 2021
Kemudian pada tabel 2 dapat dijelaskan sebagai berikut: Jumlah hasil produksi gula jawa pada tahun 2018 mencapai 285.430 kg gula jawa dikalikan harga jual pada saat itu Rp 13.000,-/kg dikalikan 1 tahun (365 hari) maka didapatkan hasil nilai jual Rp 3.710.590.000,- dalam 1 tahun. Begitu pula pada tahun berikutnya dengan perhitungan yang sama, dengan asumsi jumlah hasil produksi gula jawa di tahun 2019 sebanyak 287.255 kg dikalikan harga jual Rp 13.000,-/kg, karena harga jual gula jawa dalam kurun waktu 2 tahun tersebut cenderung stabil dan hampir tidak ada kenaikan harga jual maka didapatkan hasil jual Rp 3.734.315.000,- di tahun 2019. Kemudian pada tahun 2020 jumlah pohon kelapa penghasil nira masih sama dengan tahun sebelumnya, tetapi ada peningkatan harga menjadi Rp 14.000,- setiap kilo gramnya, sehingga didapatkan omzet nilai jual Rp 4.021.570.000,-. Sedangkan pada tahun 2021 ada penambahan jumlah pohon penghasil nira menjadi 1585, tetapi harga jual gula jawa masih belum ada kenaikan yaitu Rp 14.000,- per kilo gramnya.
Dari tabel data diatas menunjukkan bahwa jumlah hasil produksi gula jawa di Desa Banyuadem cukup tinggi. Dari hasil tersebut cenderung ada kenaikan baik jumlah pengrajinnya maupun dari sisi nilai jualnya, serta bisa memberikan penghasilan yang cukup menjanjikan terhadap masyarakat Desa Banyuadem. Jika dilihat dari data hasil produksi gula jawa di Desa Banyuadem cukup tinggi, maka bisa dikatakan Desa Banyuadem adalah sentra produk gula jawa terbesar di Kecamatan Srumbung bahkan tidak menutup kemungkinan di Kabupaten Magelang.
Kemudian jika dihitung dari jumlah pohon kelapa yang diambil niranya, jumlah tersebut baru sebagian kecil dari jumlah pohon kelapa produktif yang ada yang dimanfaatkan untuk diambil niranya, sedangkan sebagian yang lainnya dimanfaatkan untuk menghasilkan buah kelapa. Hal tersebut dipengaruhi bahwa usaha home industri gula jawa di Desa Banyuadem hanya diminati oleh kalangan usia dewasa, dan belum bisa menarik minat bagi kalangan anak muda, bagi sebagian mereka lebih memilih pekerjaan disektor lainnya. Padahal jika usaha ini ditekuni dengan baik, sebetulnya usaha produksi gula jawa tersebut bisa memberikan pendapatan yang sangat bagus bagi masyarakat di Desa Banyuadem. (Satria)