Magelang,14, Juli 2021
Sampai dengan hari ini pandemi corona masih melanda Negara kita. Belum juga ada tanda-tanda kasus penularan ini akan berhenti. Kewaspadaan dan kepatuhan akan protokol kesehatan menjadi hal yang wajib selalu ditingkatkan, sebab orang yang hanya di rumah saja bisa terinfeksi.
Kenapa bisa begini? Missal dalam satu rumah ada nggota keluarga anak yang baru berusia 5 tahun, ayah yang punya penyakit menahun, dan yang masih muda dan kerap beraktivitas di luar kemudian sering keluar rumah tanpa kepentingan maupun kebutuhan mendesak. misal hanya untuk nongkrong-nongkrong bersama teman-temannya, sekedar kumpul-kumpul, tertawa bersama, dan kadang abai tanpa masker, abai terhadap prokes. Ini yang kemudian menjadi masalah, karena kebanyakan pasien corona tidak bergejala.
Boleh jadi teman-temannya ada yang terinfeksi tapi ia tidak tahu karena tidak bergejala dan tak pernah melakukan tes PCR maupun swab, ada lagi warga yang dalam kondisi seperti ini masih menggelar acara tradisi maupun hajatan dengan mengumpulkan orang banyak sehingga terjadi kerumunan puluhan bahkan ratusan orang dan tanpa memperhatikan protocol kesehatan dan menganggap pandemic ini sudah usai.
Fenomena diatas adalah ilustrasi bagaimana kondisi budaya hidup masyarakat kita saat ini yang masih abai terhadap protokol kesehatan untuk memutus penyebaran virus covid-19 atau corona, yang seharusnya sudah ada angka penurunan tapi akhir-akhir ini justru ada peningkatan jumlah kasus penularan yang ironinya penularan tersebut sudah terjadi dalam cluster keluarga.
Kita ingat bagaimana kondisi kita dimasa awal pandemi?, setiap hari selalu ada saudara kita yang masuk rumah sakit, hampir setiap jam ambulan berseliweran dijalan raya menuju rumah sakit membawa pasien, penggali kubur bekerja siang dan malam, tenaga medis bukan hanya berjuang menyelamatkan pasien, tetapi juga ada yang berguguran.
Siapa sih yang mau kehilangan saudara?, siapa yang rela kehilangan orang tua, anggota keluarga, bahkan orang-orang dekat kita yang kita cintai?. Kita ini sangat berpotensi menjadi penyebab tertularnya wabah bagi orang lain, hingga berpotensi menjadi penyebab hilangnya satu, dua, puluhan, bahkan ratusan nyawa.
Ini bukan soal tradisi, budaya, atau soal agama, bukan soal suku atau negara, tetapi menyelamatkan satu nyawa sodara kita menjadi jauh lebih penting dari segalanya. Kita ingat pendapat Gusdur, bahwa diatas politik ada kemanusiaan, atau kata pak Ganjar mengatakan diatas kebudayaan dan tradisi ada kemanusiaan, kalu saya boleh menambahkan, laku kemanusiaan saat ini adalah diatas segala kepentingan. Dengan mengikuti aturan yang diberlakukan dan berdiam diri dirumah tidak bepergian, memakai masker, mengikuti prokes adalah laku kemanusiaan kita yang dibutuhkan pada saat ini. Se abai-abainya terhadap aturan prokes, disitu ada laku kemanusiaan yang harus kita utamakan.
Ya.. kita hanya cukup berdiam diri dirumah dan mengikuti aturan protokol kesehatan yang diberlakukan oleh pemerintah agar tidak semakin memperumit masalah ditengah wabah. Seperti pesan simbah..” Wong urip iku ojo nggugu karepe dewe, kabeh wis ono sing ngatur.. nanging yen kabeh melu ngatur.. yo tunggu wae gelomu. (Orang hidup itu jangan semaunya sendiri.. semua sudah ada yang mengatur.. tapi jika semua ikut ngatur, ya tunggu saja penyesalanmu). Maka ketika kemarin ada warga yang nekat melanggar aturan pemerintah untuk tidak menyelenggarakan kegiatan tradisi dan budaya yang berpotensi mengundang kerumunan puluhan bahkan ratusan orang. Kemudian apa yang terjadi?, bukan hanya satu, dua orng yang tertular corona, tetapi puluhan orang, dan akhirnya orang satu kampung harus di isolasi. Kalau sudah jadi begini kan “Kriwikan dadi grojogan.. Guyonan dadi tangisan ” kan..?.
Coba kita lihat India saat ini, isinya hanya orang susah, menangis. Ratusan orang tertular corona setiap hari. Bahkan gampang sekali kita melihat orang tergeletak di pinggir-pinggir jalan, mayat berserakan di tempat pembakaran jenazah, karena saking banyaknya yang meninggal. Ketatnya peraturan dan kejamnya polisi India ketika operasi penertiban, ternyata tidak membuat patuh dan takut warga. Semua meremehkan, mengabaikan protokol kesehatan, enggan memakai masker, kumpul-kumpul, bepergian dengan seenaknya sendiri. Yang lebih mengerikan lagi ada jutaan orang tumpah ruah disana justru menggelar acara tradisi di sungai Gaga. Anda tau akibatnya..?, India sekarng kondisinya sangat mengerikan dan memprihatinkan sekali.
Jika kita bisa memilih, Siapa sih yang ingin memilih pandemi..?, Kita maunya ya hidup tentram aman sentosa, Sehat bergas waras, Rizki banyak halal dan Barokah. Tapi kan yang mengatur kehidupan ini bukan kita..
Kita ini hidup kan ibaratnya hanya mampir ngombe, oleh Tuhan dibekali raga, hati dan fikiran. Makanya, mari kita saling menjaga satu sama lain dengan meggunakan hati dan fikiran kita, setidaknya kita kan sudah tau apa yang harus kita perbuat dimasa pandemi ini agar semua sehat dan selamat. Kalau hati dan fikiran kita sudah tau bahwa melanggar aturan prokes itu akan menimbulkan resiko dan berpotensi resiko sangat besar menularkan corona terhadap orang lain, ya mari kita tinggalkan. Godaan-godaan untuk menentang aturan pemerintah pasti ada, maka ayo kita lawan biar semua aman.
Ini adalah saat yang tepat agar kita bisa segera keluar dari pandemi. Jika dibanding tahun lalu, kasus penularan di Negara Kita justru ada peningkatan, pemerintah juga sudah berupaya mempercepat pengurangan penularan wabah corona, tahapan demi tahapan vaksinasi juga terus dilakukan terhadap warga. Jangan sampai nanti terpaksa pemerintah malah memperpanjang PPKM Mikro Darurat karena kasus penularan corona tidak kunjung menurun, mari kita sama-sama hentikan penyebaran virus corona dengan perilaku hidup bersih dan sehat, ikuti anjuran prokes pemerintah. Jangan sampai ada Corona diantara kita, agar kondisi Negara, kehidupan masyarakat, ekonomi segera kembali normal. (Satria)
ccPakGanjarPranowo#Prokes#Kesehatan#Corona#masyarakat#ppkmmikro#jangan_sampai_adacorona_diantarakita